Rabu, 23 November 2016

pengusaha sukses dunia

Tags

Biografi Howard Schultz Ceo Starbucks




Biografi Howard Schultz Ceo Starbucks
Image Courtesy of id.wikipedia.org

Biodata Howard Schultz

Nama Lengkap : Howard Mark Schultz
Tanggal Lahir : 19 Juli 1953
Tempat Lahir : Brooklyn, New York, Amerika Serikat
Pekerjaan : Ketua dan CEO Starbucks
Kewarganegaraan : Amerika Serikat
Agama : Yudaisme(1)

Biografi Howard Schultz

Howard Schultz lahir pada tanggal 19 Juli 1953 di Brooklyn, New York. Howard Schultz merupakan putra dari mantan tentara Angkatan Darat AS dan kemudian menjadi sopir truk, Fred Schultz dan istrinya, Elaine. Bersama adik perempuannya, Ronnie, dan adik laki-lakinya, Michael, ia dibesarkan di Canarsie Bayview Houses milik New York City Housing Authority. Karena keluarga Howard miskin, ia melihat peluang dalam bidang olahraga seperti bisbol, sepak bola, dan basket.(1)

Masa kecil Howard dihabiskan di lingkungan rumahnya dimana penduduknya masih bersifat sederhana dan berpenghasilan rendah. Di lingkungan tersebut juga tidak mempunyai apa-apa, kecuali sebuah lapangan basket. Sebagian besar penduduknya miskin, sehingga anak-anak diwilayah itu dituntut untuk ikut bekerja keras membantu kehidupan keluarganya. (1)

Saat itu Howard kecil sadar bahwa sangat sulit bagi dia untuk keluar dari kemiskinan yang diderita oleh keluarganya. Akan tetapi impiannya untuk berhasil lebih kuat, ia ingin merubah kehidupan keluarganya agar menjadi lebih baik dari kondisi yang dialaminya pada saat itu.(1)

Howards Schultz bersekolah di Canarsie High School dan lulus pada tahun 1971. Di SMA, Howard ia unggul di bidang olahraga, ia mendapat nilai tinggi dalam pelajaran olahraga dan mendapatkan beasiswa atletik ke Northern Michigan University, orang pertama di keluarganya yang masuk perguruan tinggi. Ia pernah menjadi anggota Tau Kappa Epsilon, Howard mendapat gelar sarjananya dalam bidang Komunikasi tahun 1975. (1)

Ia menikah dengan  Sheri Kersch Schultz dari pernikahan tersebut mereka memiliki dua orang anak, yang bernama Jordan dan Addison.(1)

Setelah lulus kuliah dari Northern Michigan University, Howard Schultz bekerja sebagai Sales Manager di Xerox selama tiga tahun. Selanjutnya dia bekerja di sebuah perusahaan Swedia, Hamamaplast. Di sana ia menjual berbagai macam peralatan rumah tangga, termasuk memasarkan mesin pembuat kopi.(1) 

Pada tahun 1981, ketika ia pergi dari New York ke Seattle untuk memeriksa sebuah toko biji kopi yang sangat populer, Starbucks. Ia sadar bahwa ada sebuah kedai kopi di Seattle yang selalu membeli kopi mesin pembuat espresso dari kantornya yang bernama Starbucks. Starbucks sering memesan benda khusus pembuat kopi dari Hammarplast tempat ia bekerja.(1)

Biografi Howard Schultz Ceo Starbucks
Image Courtesy of investalk.ru

Starbucks adalah sebuah perusahaan kopi yang berasal dari Amerika sekaligus kedai kopi yang pusatnya berada di Seattle, Washington. Starbuck didirikan pada tahun 1971, oleh tiga orang. Mereka adalah seorang guru bahasa inggris bernama Jerry Baldwin, Guru sejarah bernama Zev Siegl, dan Seorang penulis bernama Gordon Bowker. Ketiganya adalah pecinta kopi dan ingin membagi pengalaman mereka tentang kopi dengan membuka sebuah kedai kopi kecil.(1)

Nama “Starbucks” sendiri diambil dari nama salah satu tokoh dalam novel “Moby-Dick” karangan Herman Melville. Sesosok monster duyung yang memiliki sepasang ekor dalam mitologi Yunani yang dijadikan logo oleh perusahaan tersebut. Logo itu menggambarkan kalau kopi yang disajikan Starbucks didatangkan dari berbagai wilayah dipenjuru dunia. Logo pertama Starbuck terdapat di kedai pertamanya di Seattle.(1)

Ia mencoba meminum kopi buatan Starbucks, Howard langsung jatuh hati dengan cita rasanya yang jauh lebih nikmat dibanding kopi manapun yang pernah ia coba. Ia juga terkesan dengan dedikasi pemilik untuk mendidik masyarakat tentang keajaiban cita rasa kopi.Tidak hanya itu, ketika Howard bertemu dengan founder dari Starbuck dia melihat dan kagum oleh semangatnya dalam membuat kopi yang nikmat. Howard mengingat saat pertama kali ia datang ke Starbuck dan berkata: “Ya Tuhan, Ini benar-benar bisnis yang bagus, kotanya pun sangat indah!. Aku ingin menjadi bagian dari semua ini”.(1)
Hal inilah yang membuat antusias Howard, untuk segera melamar kerja di Starbucks. Butuh waktu satu tahun bagi Howard untuk dapat bekerja di sana, ia direkrut sebagai seorang manager retail operations dan marketing. Ia pun segera dekat dengan Jerry baldwin. Sayang, hal itu kurang berlaku dengan Gordon Bowker dan Steve, seorang investor Starbucks baru. Howard tetap berusaha beradaptasi dan mencoba mengenalkan pembaruan untuk membesarkan Starbucks.(1)

Pada tahun 1983 saat dalam perjalanan untuk berbelanja kopi di Milan, Italia. Howard tertarik melihat salah satu kedai kopi dengan konsep Cafe di Italia, yang ia kunjungi disana yang membuatnya mempunyai ide cemerlang, yaitu merubah Starbucks tidak hanya sebagai kedai kopi, namun menjadi tempat orang atau komunitas berkumpul dan bersosialisasi, kemudian ia berusaha meyakinkan Baldwin kalau perusahaan mampu membuka kedai kopi lebih banyak lagi, namun ide itu ditolak  oleh Baldwin karena ia merasa hal itu akan mengakibatkan hilangnya ciri khas Starbucks yang sebenarnya. Tetapi Howard tetap berusaha dan mencoba mengenalkan pembaruan untuk membesarkan Starbucks.(1)

Keluar dari Starbucks dan Membuat Kedai Kopi II Giornale

Howard merasa para pendiri Starbucks adalah orang-orang dengan pemikiran tidak maju dan tradisional yang menganggap kopi sejatinya dibuat “rumahan”. Namun ide membuat kedai kopi agar lebih dikenal luas dipercaya Howard akan mendatangkan lebih banyak keuntungan, hingga akhirnya dia memutuskan untuk berhenti dari Starbucks dan mulai membuka bisnisnya yang baru.

Howard memerlukan dana 1,7 juta dollar Amerika untuk memulai bisnis barunya terebut. Para pendiri Starbucks meminjamkannya setengah dan sisanya ia pinjam di Bank. Pada April 1986, Howard berhasil membuka Kedai Kopi di Seattle yang ia beri nama berbau Italia ‘Il Giornale’. Usaha Howard sukses dimana 300 orang berkunjung di hari pertama kedai ini buka.(1)
Semangat unik dari  Starbucks
Popularitas Starbucks tidak hanya menginspirasi para pelanggannya tapi juga kompetitor lainnya. Kedai kopi sejenis tiba-tiba bermunculan diseluruh penjuru kota dengan harga yang relatif murah. Bahkan restoran fast-food dan pom bensin ikut-ikutan menyediakan menu “Espresso” untuk memikat para pelanggannya. Menghadapi kondisi itu, Starbucks tetap mempertahankan prinsip utama mereka: Romantisme, kemewahan yang terjangkau, Ketenangan, dan informalitas.

Akhirnya disadari jika ingin menerapkan prinsip diatas, Starbucks mesti merubah landasan disemua konsep pengembangan jaringan mereka. Konsep Cafe Italia yang menjadi model dasar cafe Starbucks dirasa sudah tidak sesuai lagi dengan gaya hidup warga Amerika. Kedai kopi yang ada di Italia umumnya berada di area sempit dengan tempat duduk sedikit, oleh karena itu banyak pengunjung lebih memilih ke Bar daripada ke Kedai kopi. Di Amerika, konsep semacam itu kurang berhasil. Starbucks diharapkan menjadi sarana bersosialisasi, sehingga memang dirasa perlu untuk mengubah konsep kedai kopi menjadi tempat dimana orang senang ngobrol disana. Area cafe lalu dirombak total, kursi bar yang tinggi dekat Counter diganti dengan kursi dan meja yang nyaman. Dibuatnya area private di Starbucks berhasil memancing pengunjung melaksanakan meeting disana.

Popularitas Starbucks langsung tersebar luas, namun ada sedikit masalah. Tingkat penjualan yang tinggi, menyebabkan sulitnya mempertahankan kualitas produk dengan banyaknya macam menu yang disediakan.(2)
Di Starbucks, biji kopi yang dipanggang dan digiling, kemudian dikirim menggunakan kemasan khusus: berupa kantong ukuran 2 kg, dilengkapi dengan pembuka khusus yang akan melepaskan karbondioksida didalam tapi tetap menjaga kelembaban dan oksigen agar tidak masuk. Saat kemasan ini dibuka, kopi didalamnya akan tetap ‘Fresh’ sehingga kopi bisa dikirim ke lokasi yang cukup jauh. Saat kemasan kopi dibuka, Barista cuma punya waktu tujuh hari untuk meramunya, sehingga kualitas kopi benar-benar terjaga.

Namun ternyata cara seperti itu dianggap terlalu boros. Melihat kelemahan itu, Howard Schultz mencoba cara  lain. Perusahaan lalu mencari metode baru bagaimana agar ekstrak kopi tetap berkualitas bagus saat dikemas menjadi kopi instant. Untungnya, para ahli Starbucks berhasil menjaga rasa kopi instant tetap natural disaat yang tepat. Hal itu berdampak pada peningkatan penjualan yang sangat besar.

Hal paling utama pada sistem di Starbucks ada pada identitas starbucks itu sendiri. Schultz menjaga agar teamnya senantiasa mengikuti standard perusahaan. Menurut Schultz, tidak hanya desain interior tapi juga cita rasa kopi harus sama. Dia menginginkan para pengunjung merasa seperti berada dirumah meski mereka berada di kota lain dan untuk menambah nuansa itu, musik harus ada setiap saat. Tidak hanya itu saja, musik yang diputarpun harus sama antara gerai satu dengan yang lain. Suatu hari, Manager Starbucks dari beberapa kota melapor ke pusat kalau pengunjung banyak yang menanyakan apakah mereka bisa membeli CD musik yang diputar di Starbucks. Starbuck kemudian mengadakan kerjasama dengan Capital Records untuk mendirikan Hear Music, sebuah merek dagang  retail penjualan CD musik sekaligus label rekaman milik Starbucks. Hingga pada Maret 1995 CD koleksi musik Jazz dan Blues pun dirilis. Di hari pertama mereka berhasil menjual lebih dari 75.000 kopi CD. (2)



sumber (1)http://myuta22.blogspot.co.id/2014/12/howard-schultz-kisah-sukses-ceo.html(17:59)
(2)http://myuta22.blogspot.co.id/2014/12/howard-schultz-kisah-sukses-ceo.html(18:10)


EmoticonEmoticon