Minggu, 21 Mei 2017

Mujimin & Gedek Bambu ( Kerajinan Bahan Keras )

Tags


Mujimin dan gedek bambu buatannya (Foto: HarianBernas.com/Arief Hidayat) - See more at: http://www.harianbernas.com/berita-8980-Mujimin--Pria-Desa-Pengusaha-Gedek-Bambu-yang-Mendunia.html#sthash.i7BUcmlM.dpuf

Sekilas memandang, sudah tergambar jelas orang ini bersahaja, bahkan rumah tinggalnya pun sangat sederhana. Tapi siapa sangka, dibalik kesederhanaannya tersembunyi kekuatan yang luar biasa. Tangan terampilnya dalam menganyam bilah-bilah bambu menjadi gedek, mampu mengantarkannya berkunjung ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Spanyol. Bahkan dalam waktu dekat akan melawat ke Denmark.
Dialah Mujimin, pria asli Desa Nabin Sidomulyo Pengasih Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Di desa yang berjarak sekitar 36 km dari kota Yogyakarta, pria 40 tahun ini menghabiskan hari-harinya bergelut dengan bambu yang mulai ditekuni sejak tahun 2002.
Untuk menjangkau rumahnya memerlukan perjuangan melintasi medan yang berliku. Naik turun bukit dan melewati jalan tanah yang licin dan becek. Dia mampu menunjukkan pada dunia luar, bahwa orang desa yang tinggal di pelosok juga bisa merambah dunia dengan karya yang diakui banyak orang.
Kawasan perbukitan Menoreh yang kaya akan sumber daya alam dan panorama yang eksotis, bagi Mujimin adalah sahabat yang membuat hidupnya lebih kuat. Tak harus ikut-ikutan eksodus ke kota untuk memperbaiki nasib dan derajat hidup. Karena desa menawarkan beragam potensi alami untuk dieksplorasi menjadi ragam karya yang bernilai ekonomi tinggi.
Dengan bekal keyakinan, keuletan dan kerja keras, apapun bisa diwujudkan. Justru akhirnya orang-orang dari luar yang akan datang dan mencari kita bila karya kita mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan mereka. Dan itulah yang dialami Mujimin sekarang, seorang pengusaha anyaman bambu atau gedek yang sukses.
Tapi tentu semua itu bukanlah hasil instan dan terjadi dengan tiba-tiba. Butuh pengorbanan dan perjuangan keras untuk meraihnya. Jatuh bangun dalam bisnis pun pernah dirasakannya. Pahit dan getirnya hidup juga pernah dicecapnya. Namun aneka tantangan dan rintangan dinikmatinya sebagai bagian dari sebuah proses perjalanan menuju kesuksesan. Bahkan saat ini pun dia belum merasa sukses, sehingga menuntut dia untuk terus belajar agar hasil karyanya semakin baik dan berkembang.
Sebagai penduduk yang tinggal di kawasan penghasil bambu, tentu bambu sudah akrab dengan kehidupannya sejak kecil. Ia memutuskan menekuni pekerjaan sebagai perajin anyaman bambu menjadi gedek yang berfungsi sebagai eternit rumah maupun pelapis tembok di tahun 2002. Setelah sebelumnya hanya sekedar menjadi penjual bambu.
Pada awal membuat gedek sebenarnya hanya ingin digunakan untuk membangun rumahnya. Namun begitu anyaman bambunya selesai, banyak warga yang berminat untuk membelinya, hingga akhirnya dia sendiri tidak kebagian.
Setelah melayani pesanan lokal, pada tahun 2012 Mujimin mulai memperluas jangkauan pasarnya, melalui media sosial sebagai ajang promosinya. Jadilah produk anyaman bambu berupa gedek semakin dikenal. Orderan pun mengalir deras.
Untuk melayani pesanan, Mujimin tidak bekerja sendiri, ia memberdayakan beberapa perajin bambu yang ada di sekitarnya. Cukup sulit mencari para penganyam bambu yang bersedia bekerja dengan tenggat waktu tertentu sesuai pesanan. Karena rata-rata para perajin bambu di wilayah Kulon Progo berumur diatas 50 tahun.



Sumber       :http://koperasi.kulonprogokab.go.id/article-308-mujimin-pria-desa-pengusaha-gedek-bambu-yang-mendunia.html
TGL & Waktu   : 5/21/2017 14:22 Wib


EmoticonEmoticon